TAWASUL
Nabi Muhammad Saw. menegaskan bahwa doa merupakan sarana inti dalam ibadah, ad-du’a mukhhul ‘ibadah. Allah pun tidak pernah ingkar janji akan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan, ud’uni astajib lakum. Berdoalah pada-Ku, pasti Aku kabulkan.
Namun, terkadang doa yang kita panjatkan sering kali lambat direspon
Allah. Tentu, Allah punya maksud lain di balik keterlambatan
tersebut. Dalam keadaan terdesak, kita biasanya menggunakan pendekatan
tawasul dalam memohon pada Allah. Jadi, tawasul itu perantara agar doa
cepat diijabah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring menyebutkan bahwa
tawasul itu memohon atau berdoa kepada Allah Swt. dengan perantara nama
seseorang yang dianggap suci dan dekat kepada Tuhan.
Perlu dipahami bahwa tawasul itu meminta pada Allah, bukan pada
manusia, apalagi benda mati. Betulkah tawasul bidah dan terlarang?
Mungkin Anda perlu menyimak 5 uraian di bawah ini agar tidak ragu
menanyakan kembali hukum tawasul. Berikut uraiannya:
1. Doa Nabi untuk Bibinya yang Wafat
Anda kenal Fatimah binti Asad? Ia ibunda sahabat Ali, mantu sekaligus
sepupu Rasulullah Saw. Saat Fatimah wafat, Rasulullah takziah ke
rumahnya dan kemudian mengantarkannya ke liang kubur. Setelah kuburan
rampung dikeduk dan jasad Fatimah telah diletakkan di dalamnya,
Rasulullah masuk ke dalam liang lahad dan berdoa untuk istri Abu Thalib
tersebut.
“Allah Zat yang menghidupkan dan mematikan. Ia Mahahidup tak akan
mati. Ampunilah ibuku (bibi) Fatimah binti Asad, tuntunlah dia menjawab
pertanyaan kubur, lapangkanlah peristirahatannya, dengan bantuan
perantaraanku dan Nabi-nabi sebelumku. Karena Engkau Maha Pengasih,”
(H.R. Thabrani).
Dalam doa tersebut, Nabi menyebutkan dengan bantuanku dan nabi-nabi sebelumku. Sekelas Nabi saja masih bertawasul, bukan?! Apalagi kita orang awam yang sering lalai dalam beribadah.
2. Nabi Ajarkan Tawasul Saat Butuh Bantuan
Nabi mengajarkan langsung bagaimana cara tawasul dalam keadaan
terdesak. Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud yang mendengar Rasulullah
bersabda, “Kalau hewan peliharaan kalian lepas sampai di tempat
terbuka (hingga tak terkendali dan sulit menangkapnya), berdoalah
seperti ini, ya ‘ibadallah ihbisu ‘alayya, karena Allah itu punya malaikat yang akan menjaga hewanmu yang lepas tadi itu,” (H.R. Thabrani).
Doa ya ‘ibadallah ihbisu ‘alayya (para hamba Allah, jagalah hewanku yang lepas itu) merupakan sarana tawasul yang Nabi ajarkan untuk umatnya.
3. Minta Didoakan agar Tidak Buta
Hidup terlahir dalam keadaan normal tentu harapan semua orang. Namun,
harapan tersebut terkadang tak dapat dirasakan semua orang, karena
takdir tidak memihak. Tapi, hal tersebut bukanlah sebuah masalah besar.
Tuhan tidak melihat seseorang karena fisiknya, akan tetapi hati dan
ketakwaannya.
Namun demikian, setingkat sahabat Nabi saja merasa tidak nyaman hidup
dalam kekurangan fisik. Diriwayatkan dari Usman bin Hanif bahwa ada
sahabat Nabi tunanetra yang datang ke Nabi meminta didoakan agar matanya
normal kembali. “Nanti saya ajarkan doanya,” jawab Nabi. “Tapi
sebenarnya, kalau kamu bersabar (dalam kekuranganmu), itu jauh lebih
baik,” pungkas Nabi. “Tidak Nabi, saya mau sembuh saja,” pinta sahabat
ini. “Ya sudah, kalo gitu kamu wudu dan memohon dengan doa ini,”
perintah Nabi pada sahabatnya itu.
“Allahumma inni as‘aluka wa atawajjahu ilaika bi nabiyyika
Muhammad, Nabiyir rahmah. Ya Muhammad, inni tawajjahtu bika ila rabbi fi
hajati li taqdhiya li. Allahumma syaffi’hu fiyya (ya Allah, aku
memohon kepada-Mu wa menghadap kepada-Mu dengan (wasilah) Nabi Muhammad,
nabi kasih sayang. Ya Muhammad, aku menghadap-Mu untuk (menghadap)
Tuhanmu terkait kebetuhanku agar memenuhi hajatku. Ya Allah, sembuhkan
aku.” Akhirnya, sahabat ini pun langsung sembuh,” (H.R. Tirmizi dan
Al-Baihaqi).
4. Saat Paceklik, Sahabat Nabi Minta Hujan
Roda kehidupan selalu berputar. Senang dan susah dalam kehidupan
merupakan hal yang biasa. Saat senang, tentu kita akan merasa aman dan
tidak risau. Sebaliknya, saat paceklik kita bingung dan risau bagaimana
cara mengatasinya.
Seorang sahabat datang ke masjid pada hari Jumat. Saat itu, Nabi
sedang khutbah Jumat. Di tengah-tengah khotbah, sahabat itu mengutarakan
isi hatinya. “Nabi, semua harta kami ludes, transportasi pun terhambat
karena unta kami tidak makan berhari-hari. Tolonglah mohon pada Allah
agar hujan turun untuk kami,” pinta sahabat yang tergesa-gesa itu. Nabi
pun menjulurkan tangannya ke atas langit dan berdoa, allahumma aghitsna, allahumma aghitsna. Akhirnya hujan pun turun ,” (H.R. Bukhari dan Muslim).
5. Sahabat Datang ke Makam Nabi Minta Hujan
Poin ini tidak berbeda dengan poin sebelumnya. Ada sahabat yang
bertawasul pada Nabi agar hujan turun. Namun bedanya, poin nomor lima
ini terjadi saat Nabi telah wafat.
Pada masa sahabat Umar, terjadi paceklik luar biasa. Salah satu
sahabat datang ke makam Nabi. “Nabi, kami butuh bantuanmu. Mintakanlah
pada Allah agar hujan turun untuk umatmu,” pinta sahabat tersebut.
Setelah permohonan itu, dia mimpi bertemu Nabi. “Datanglah ke Umar.
Sampaikan salamku untuknya. Dalam waktu dekat, hujan akan turun,” sapa
Nabi dalam mimpi sahabat ini. Umar pun menangis ketika disampaikan salam
dari Nabi (H.R. Baihaqi dan Ibnu Syaibah).
diposting dari http://www.datdut.com/tawasul/#